Melihat Alat Tulis Zaman Dahulu di Museum LAI


Salah satu koleksi Museum Alkitab di Lembaga Alkitab Indonesia, alat tulis zmaan dahulu. (Foto: Prasasta Widiadi)


Kertas merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dilupakan, selain tinta, pena, atau elemen lain yang digunakan seorang penulis dalam menuliskan kata, kalimat hingga paragraf sehingga dapat disebut buku. 

Umat Kristen memiliki buku utama sebagai pegangan, yakni Alkitab. Sebuah Alkitab terdiri atas beberapa bagian penting, yakni kertas dan alat tulis. Jika hendak membicarakan alat tulis, Alkitab sebagai salah satu pegangan umat Kristiani seluruh dunia memiliki banyak penulis yang hidup di zaman orang belum mengenal kecanggihan teknologi seperti gadget dan komputer. Perlengkapan tulis-menulis yang digunakan zaman dahulu sangat sederhana.

Papirus atau tanaman yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan kertas merupakan elemen penting yang menyusun sebuah Alkitab pada zaman dahulu. Kali ini kita mencoba melihat alat tulis yang digunakan untuk menyusun Alkitab yang menjadi koleksi Museum Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), yang terbuat dari kayu, namun kayu tersebut belum berbentuk seperti papirus. 

Di museum Alkitab LAI, terdapat replika alat tulis yang memiliki bentuk seperti canting. Jika membicarakan canting, maka kita akan mengingat banyak daerah di Indonesia yang memiliki koleksi batik dengan banyak motif berbeda, maka ada alat tulis yang digunakan untuk menggambar motif batik tersebut.

Alat tersebut memiliki fungsi hampir mirip dengan yang terdapat di Museum LAI, yakni alat untuk menulis. Alat tersebut menyerupai canting karena dari ujung pena terlihat runcing. Alat tulis tersebut berwarna cokelat menyerupai kayu, namun dengan bentuk yang pipih dan mendatar.

Dua alat tulis tersebut terletak di atas sebuah tempat tinta yang akan digunakan menulis. Dua kayu yang berfungsi sebagai alat tulis tersebut diletakkan dalam posisi menyilang satu sama lain. Di bagian ujung terdapat bagian yang runcing yang digunakan untuk menulis. Alat tulis itu memiliki panjang yang hampir sama dengan sendok dan garpu yang terdapat di masa sekarang dan digunakan untuk makan.

Tempat tinta tersebut tingginya hampir seukuran adaptor yang digunakan untuk komputer jinjing, sementara panjang tempat tinta tersebut tidak lebih dari wadah kipas tangan yang biasa digunakan untuk suvenir pernikahan. Tempat tinta tersebut terdapat tiga tempat yang digunakan untuk bahan dasar menulis yakni wadah tinta merah dan hitam yang berbentuk bulat, sementara itu satu bagian lain berbentuk segi empat. 

Alat tulis saja tidak akan berfungsi dengan maksimal untuk menyusun buku bila tidak ada kertas. Dari keterangan yang terdapat di Museum LAI terdapat penjelasan tentang papirus.

Tinta yang digunakan untuk menulis biasanya berbentuk batangan atau gumpalan yang keras lalu dibasahi dengan air dan digunakan memakai kuas. Pena digunakan untuk menulis. 

Papirus sejenis tanaman air yang dikenal sebagai bahan membuat kertas pada zaman kuno. Tanaman ini banyak tumbuh di tepi dan Lembah Sungai Nil seperti terdapat dalam Ayub 8:11.

Pada tahun 3500 SM bangsa Mesir Kuno memanfaatkan papirus untuk membuat kertas dari batang pohonnya dengan cara memotong-motong membujur. Pohon tersebut kemudian ditempelkan satu sama lain dan dipukul-pukul sampai tipis. 

Papirus adalah tumbuhan sejenis alang alang yang tinggi tangkainya mencapai 10-15 kaki. Masyarakat kuno menggunakannya untuk membuat anyaman seperti terdapat dalam Perjanjian Lama, yakni di Keluaran 2:3: “Sewaktu ia tidak dapat menyembunyikan dia lagi ia mengambil sebuah peti dari papirus untuknya dan melapisi itu dengan aspal dan minyak ter dan menaruh anak itu di dalamnya dan menaruh peti itu di antara batang-batang teberau di tepi Sungai Nil.” 

Menurut amazine.co, tanaman papirus merupakan tanaman yang tumbuh di sepanjang tepi sungai di perairan yang berarus tenang. Tanaman air ini menyerupai buluh dan memiliki daun yang tumbuh dari dasarnya. Batang papirus berbentuk segitiga, lurus, dan bisa tumbuh sampai sekitar 15 meter. Pada masa Mesir kuno, tanaman ini memiliki kegunaan beragam dari sebagai sumber makanan, obat-obatan dan parfum, untuk bahan baku pembuatan keranjang, mebel, bahkan perahu. Akar dan batang papirus bisa dimakan layaknya sayuran, sedangkan batangnya saja bisa digunakan untuk membangun rumah.

Dalam Touregypt.net dijelaskan kata “paper” dalam bahasa Inggris yang berarti kertas berasal dari bahasa Mesir Kuno papyrus. Saat orang Mesir Kuno hidup dalam masa peralihan dari zaman prasejarah hingga sejarah dengan mengembangkan bahasa tertulis, mereka membutuhkan medium selain batu untuk menulis.

Dalam Touregypt.net, orang Mesir Kuno menemukan bahwa cara lain yang digunakan untuk menulis yakni di papirus. Daun dari pohon tersebut ringan, kuat, tipis, tahan lama dan mudah dibawa, dan selama ribuan tahun, tidak ada yang lebih baik untuk tujuan penulisan. Awal papirus didokumentasikan berasal dari tahun pertama Dinasti Mesir. Tetapi banyak orang yang percaya papirus telah digunakan pada tahun 4.000 Sebelum Masehi.

Dalam Touregypt.net, papirus digunakan terus sampai sekitar abad ke-11, karena selain dimanfaatkan untuk menulis, papirus juga digunakan untuk kasur di tempat tidur, untuk kursi bangunan, meja, dan perabotan lain, serta untuk tikar, keranjang, kotak, sandal, peralatan, tali dan perahu. Selanjutnya, akar papirus adalah sumber makanan, obat-obatan, dan parfum.

sumber : satuharapan.com
www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net

0 komentar:

Post a Comment