“Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan.” Tetapi jawab Yesus kepada mereka: “Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? (Mat 15:2-3 ITB)"
Semua orang Kristen yang membaca Alkitab akan mendapatkan percakapan pertentangan antara Tuhan dengan orang Yahudi mengenai adat-istiadat. Bahkan pertentangan meruncing hingga tahap hendak membunuh Yesus Kristus karena adat-istiadat.
Semua bangsa di muka bumi memiliki adat-istiadat. Karena munculnya adat sebuah suku atau bangsa itu dari sekelompok masyarakat melakukan sesuatu, dan kemudian mengulangnya terus menerus. Karena diulang-ulang dan yang tidak melakukannya atau berusaha melakukan yang berbeda dilihat oleh masyarakat sebagai pembangkang, atau tidak menghormati nenek moyang yang sudah pernah melakukan hal itu bahkan sudah berulang-ulang, akhirnya menjadi adat.
Ada banyak aspek kebudayaan dalam sebuah bangsa atau suku. Salah satunya ialah tata-krama kesopanan. Sistem sapa-menyapa dan panggil memanggil dalam tatanan keluarga dan famili adalah salah satu aspek yang dijumpai hampir di semua suku. Biasanya perbedaan hanya pada tingkat kelengkapannya. Selain hal yang menyangkut kesopanan dan sapa-menyapa, adalah upacara-upacara dan perayaan-perayaan. Hampir semua upacara terbentuk adalah untuk menyambut atau memperingati hari yang istimewa, atau peristiwa yang istimewa. Dari upacara lahir sampai upacara meninggal telah membentuk budaya sebuah suku atau bangsa, atau hari-hari istimewa seperti pergantian tahun dan lain-lain.
Ada suku atau bangsa yang upacara kelahirannya sangat heboh dari upacara yang lain, sebaliknya ada suku atau bangsa yang lebih heboh di upacara kematian daripada upacara lain. Ada upacara yang menghabiskan dana banyak sekali sampai upacara yang mendapatkan uang banyak sekali. Upacara kematian di Toraja dan pernikahan di Nias, biasanya menghabiskan uang banyak sekali. Sedangkan di kalangan orang Tionghoa modern dalam acara pernikahan pengantin bisa mendapatkan uang (Ang phao), yang lumayan banyak.
Hampir semua upacara biasanya dimulai dengan sederhana, dan kemudian dibuat semakin rumit dan kompleks setelah berjalan melalui waktu yang lama. Tiap-tiap generasi menambah sedikit kerumitan upacara dengan berbagai konsep ancaman bahwa kalau tidak melaksanakan maka akan dikutuk leluhur atau rangsangan tahyul agar yang bersangkutan senang melaksanakan dengan janji diberkati oleh nenek moyang dan sebagainya.
Cuci tangan sebelum makan sebenarnya adalah sesuatu yang baik, karena menjaga agar tetap higienis. Tetapi kemudian hal ini berkembang menjadi budaya, dan jika tidak cuci tangan sekalipun sedang di tempat yang tidakada air, tidak boleh makan. Dengan demikian cuci tangan bukan lagi karena kebutuhan untuk kebersihan melainkan suatu adat yang harus dilaksanakan sebelum seseorang makan. Hal ini semakin tidak masuk akal, ketika seseorang sedang berada di tempat yang tidak ada air, dan perlu makan. Padahal jika cuci tangan itu sebuah kebutuhan, maka kalau tangan kotor memang harus dicuci, sedangkan kalau tidak kotor seharusnya tidak perlu dicuci. Jika aturannya, pokoknya harus dicuci biar bersih ataupun kotor, dan kalau tidak cuci maka tidak boleh makan, maka mencuci tangan bukan lagi sesuatu yang dilaksanakan dengan logis melainkan menjadi upacara adat. Selain cuci tangan, di dalam Injil kita dapatkan juga adat cuci kaki tamu. Perjamuan nikah harus mengeluarkan makanan enak lebih dulu, yang tidak enak belakangan, dan masih banyak lagi. Dan kelihatannya adat istiadat Yahudi lumayan baik, dan ada yang ditentang oleh Tuhan. Salah satu penyebabnya ialah bahwa orang Yahudi telah menempatkan adat istiadat mereka di atas perintah Tuhan. Mereka lebih menghormati ketetapan nenek moyang mereka daripada ketetapan Tuhan.
Adat istiadat suku bangsa lain jika untuk kebaikan, kesopanan, dan diikuti dengan akal sehat, adalah baik dan pasti tidak akan ditentang Tuhan. Terlebih di zaman PB di masa Tuhan mau pengikutNya adalah orang-orang yang mengikutinya dengan hati dan akal budi. Ketika orang Yahudi bertanya kepada Tuhan tentang hukum yang terutama, Ia mengutip Ulangan 6:5, Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. (Ul. 6:5 ITB)
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (Mat 22:37 ITB)
Amatilah perbedaannya. Tuhan merubah kata kekuatanmu menjadi akal budimu. Pada zaman PL orang Yahudi sudah sangat taat, namun ketaatan mereka bukan berdasarkan akal budi melainkan atas dasar kekuatan. Sesungguhnya Tuhan mau muridNya di zaman PB mengasihiNya bukan hanya dengan segenap hati dan segenap jiwa, namun juga dengan segenap akal budi. Segala sesuatu harus dipikirkan, bahkan terhadap perintah Tuhan pun, Tuhan mau kita bukan taat membabibuta, melainkan taat dengan pengertian.
Di dalam adat istiadat berbagai suku bangsa, terdapat banyak sekali hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Banyak adat yang berisikan ancaman kutuk dari nenek moyang agar generasi berikut dengan penuh ketakutan melaksanakan adat tersebut. Bahkan iblis ikut campur tangan mendatangkan kecelakaan terhadap mereka yang tidak taat adat agar mereka yang tidak taat dan generasi berikut semakin takut, dan akan semakin setia melaksanakannya.
Sebagian adat disertai janji berkat dari nenek moyang agar penerusnya tergiur untuk melaksanakannya. Iblis terbukti bisa memberikan berkat materi, bahkan dia menganggap semua materi di dunia ini adalah miliknya yang bebas diberikannya kepada siapa saja sekehendaknya. Iblis bahkan pernah menawarkan berkat materi kepada Yesus Kristus untuk menukar penyembahan kepadanya. Dan juga ada adat yang bukan hanya tidak masuk akal, namun juga sangat merugikan secara ekonomi.
Ada banyak suku yang gara-gara adat, mereka harus menghabiskan banyak sumber daya ekonomi bahkan berhutang. Padahal sumber daya ekonomi yang tersedia jauh lebih menguntungkan jika dipakai membiayai anak-anak menempuh sekolah yang lebih tinggi, atau sebagai modal untuk usaha. Namun gara-gara terancam oleh masyarakat adat maka terpaksa segala sumber daya dihabiskan hanya demi bisa menjalankan ritual adat.
Masyarakat adat, pemangku adat atau ketua adat, berusaha keras agar masyarakat tetap memelihara adat. Mungkin tidak semuanya, namun banyak yang dimotivasi untuk keagungan posisi mereka di mata masyarakat. Mereka tidak mau berpikir bahwa ada bagian dari adat-istiadat yang mereka pelihara itu sesungguhnya telah menyebabkan masyarakat mereka hidup terbelakang.
Iblis tidak diam, dia berusaha keras untuk mempengaruhi manusia agar mengikuti jejaknya menentang Allah. Prinsip iblis yang dikatakannya kepada Allah dalam kasus Ayub ialah bahwa jika Engkau membiarkan kami mencobainya, maka ia akan menentang Engkau. Iblis begitu yakin bahwa manusia yang diberi kehendak bebas jika ditawarkan alternatif maka mereka mau menentang Allah. Dan oleh kelicikannya iblis menyusup masuk ke segala aspek kehidupan manusia. Aspek yang paling empuk dan nyaman bagi iblis untuk bermain dan bermanuver ialah di adat istiadat.
Karena manusia berpencar, dan kehilangan kiblat ke Yerusalem dimana ada kebenaran dari Allah Jehovah dikokohkan, menyebabkan manusia terjebak dalam tipu muslihat iblis. Tidak banyak orang memiliki antusiasme setinggi sida-sida dari Etiopia yang mau menempuh perjalanan ribuan kilometer dengan kereta binatang, menuju Yerusalem. Sidharta Gautama, Kong Fu Tse tidak mengunjungi Yerusalem untuk memahami Allah Pencipta langit dan bumi.
Padahal beberapa puluh tahun sebelum Sidharta Gautama dan Kong Fu Tse lahir, Raja Babel, Nebukadnezar, menghebohkan dunia ketika ia berseru bahwa di kolong langit ini tidak ada Allah seperti Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, setelah melihat mereka tidak hangus oleh api. Raja-raja yang hadir saat itu terdiri dari seratus dua puluh tujuh negara dari Eropa sampai India.
Iblis masuk ke dalam kebudayaan manusia dan adat istiadat karena manusia tidak cinta kebenaran, tidak mencari Allah (Rom.3:10). Suku-suku primitif sengaja mencari bantuan iblis ketika berperang. Iblis dengan senang hati menghasut mereka berperang dan sekaligus membantu mereka sebentar kalah dan sebentar menang seperti bermain catur. Pada saat ribut antara orang Dayak dan Madura, banyak pengkhotbah gereja kembali meminta kekuatan iblis untuk ikut berperang membela suku. Dalam dunia Kung Fu zaman dulu di China selain berlatih ketangkasan mereka juga bertapa meminta kekuatan supranatural kepada iblis. Akhirnya manusia hidup tidak terlepas dari bersekutu dengan iblis.
Pemberitaan Injil yang pertama yang dibawakan oleh para Rasul bergema sampai jauh. Thomas tercatat sejarah memberitakan Injil sampai India. Iblis menentang amat sangat sehingga memakai kaisar gila hormat membunuh banyak orang Kristen. Namun orang Kristen bukan berkurang melainkan semakin bertambah.
Tiap-tiap bangsa yang menerima Injil terbebaskan dari kungkungan iblis, dan meninggalkan adat-istiadat yang terkontaminasi iblis. Keadaan ini tentu menyebabkan iblis panik terlebih ketika kekristenan semakin meluas ke berbagai bangsa.
Akhirnya iblis merubah strategi daripada menganiaya orang Kristen, lebih baik ia menjadi Kristen. Daripada dia melawan gereja lebih baik dia mendirikan gereja. Dan strategi yang paling ampuh ialah menggabungkangereja dengan negara, supaya kaisar atau raja bisa memakai kekuasaannya mempengaruhi kebijakan dan pengajaran gereja. Dari sinilah muncul gereja Roma Raya yang kemudian menjadi Gereja Roma yang Katolik atau yang Am. Strategi ini ternyata sangat sukses karena sejak saat itu Injil yang adalah kekuatan Allah tidak diteruskan ke berbagai bangsa, melainkan hanya di Eropa saja. Dan yang di Eropa pun disesatkan dengan kebijakan dari kaisar, dan pencampuran kekristenan dengan adat dan berbagai kepercayaan mistik serta penyembahan berhala.
Sumber: Dr. Suhento Liauw dalam Buletin PEDANG ROH Edisi 92, Juli-September 2017
0 komentar:
Post a Comment