JAYAPURA - Duka mendalam diungkapkan sejumlah kalangan atas jatuhnya pesawat milik Associated Mission Aviation (AMA) jenis Pilatus PC6 Porter di udara Wamena, Papua, Rabu (05/07).
Pesawat tersebut dipiloti oleh Kapten Pilot Wouter Mulders dan Kopilot Valens Ido Naibaho dengan tiga penumpang bersama mereka, yaitu Sanabut, Don and Domget serta 508 kilogram barang.
Pesawat dengan registrasi PK-RCX itu berangkat dari Wamena dengan tujuan Darakma pada hari Rabu (05/07) pukul 11:00 dan kehilangan kontak beberapa menit setelah mengudara.
Menurut keterangan resmi Kementerian Perhubungan, pesawat ditemukan di ketinggian 8500 ft, koordinat S04 10.75 E138 51.45 sekitar 8 menit dari Wamena. Pesawat tersebut melayani rute Jayapura - Tanime - Wamena - Darakma - Nabire.
Rakyat Papua terutama kehilangan akan sosok sang kapten pilot, Wouter Mulders, 59, berkebangsaan Belanda. Ia sudah mengabdikan diri di Papua sejak masih muda.
Marinus Yaung, mengatakan "Wouter Mulders adalah sosok yang memiliki rasa misi yang sangat kuat terhadap Papua." (Foto: dok pribadi).
"Selamat Jalan Sahabat Misionaris kami Capt. Wouter Mulders, dari usia muda datang dari Belanda untuk mengabdikan diri di Papua," tulis Marinus Yaung, seorang dosen di Universitas Cendrawasih yang mengenal dekat Wouter Mulders.
"Selamat Jalan Sahabat Misionaris kami Capt. Wouter Mulders, dari usia muda datang dari Belanda untuk mengabdikan diri di Papua," tulis Marinus Yaung, seorang dosen di Universitas Cendrawasih yang mengenal dekat Wouter Mulders.
"Datang untuk menjangkau orang-orang Papua di lembah-lembah dan dibalik gunung-gunung terjal di Pegunungan tengah Papua. Kemarin 5 Juli 2017, tugasmu selesai dan Tuhan Yesus panggil pulang," kata Marinus, yang juga adalah pendeta muda di Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD) Sentani, Papua.
Ia juga merasakan kehilangan yang sama atas kepergian Valens Ido Naibaho, yang menurut dia, memiliki kerinduan yang besar melayani orang-orang asli Papua.
"Selamat jalan juga buat ade kami yang baik dan penuh kasih sayang, co pilot Valens Ido Naibaho, kerinduanmu untuk melayani orang asli Papua yang masih terisolir dan tinggal di hutan-hutan belantara Papua dan dibalik gunung-gunung di wilayah Penungan Tengah Papua, harus berakhir juga kemarin Rabu. Tuhan Yesus sudah putuskan bahwa waktu kerjamu selesai di Papua. Tanah Papua, Ladang misi yang sangat kalian berdua cintai hingga kematian menjemput. Terimakasih banyak dan selamat jalan," tulis Marinus, di laman Facebooknya.
Marinus Yaung mengatakan ia sering berbincang-bincang dengan Wouter Mulders. "Hati misinya kuat dan beliau waktu bulan Mei ketemu di Sentani, kami ngobrol," kata Marinus.
Marinus mengatakan dari banyak yang mereka perbincangkan, satu hal yang paling ia ingat adalah pesan Wouter Mulders kepada rakyat Papua. Menurut Marinus, Mulders mengamati bahwa orang Papua sudah melupakan Tuhan Yesus dan Injil karena itu konflik terus terjadi di Papua.
"Orang Papua harus kembali ke Injil menjadi kunci membuka peradaban Papua. Saya pikir itu pesan terakhir beliau yang sangat penting bagi orang Papua," kata Marinus.
Ini adalah kecelakaan fatal ketiga pesawat terbang dalam tujuh bulan terakhir di Papua.
Kemenhub melakukan proses evakuasi bekerjasama dengan Basarnas dan tim terkait di daerah. Sedangkan reruntuhan pesawat akan diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk dilakukan investigasi selanjutnya.
suaraharapan.com
0 komentar:
Post a Comment