Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh mereka yang menolak adanya Tuhan (atheis) adalah: “Jika Tuhan itu memang ada, mengapa dunia ini penuh dengan kejahatan? Bukankah Tuhan yang baik akan menghalangi terjadinya kejahatan, jika memang Tuhan ada? Ironinya, pertanyaan yang sama juga diajukan oleh “orang-orang Kristen.” Mengapa Tuhan mengijinkan kejahatan, penderitaan, kerusuhan, kekacauan, dan persoalan? Bukankah seharusnya Tuhan yang mahabaik, mahakudus, dan mahakasih melakukan sesuatu utk mencegah kejahatan, paling tidak bagi anak-anak Tuhan. Anda sering mendengar pertanyaan-pertanyaan di atas?
Apakah kejahatan itu? Acap kali kita mengidentikkan kejahatan dengan tindakan-tindakan jahat (pembunuhan, pencurian, fitnah, penipuan, pornograpi, atau penyakit mematikan, dll). Tetapi apa yang membuat semua itu jahat? Beberapa orang berkata bahwa kejahatan adalah zat yang menguasai benda tertentu dan membuat benda itu menjadi buruk (seperti virus yang menginfeksi hewan) atau bahwa kejahatan adalah kekuatan lawan di dunia.
Kejahatan adalah kehilangan sesuatu. Jika kebaikan yang seharusnya ada di sana hilang dari sesuatu, itu adalah kejahatan. Jika sesorang kehilangan kemampuan untuk melihat, itu adalah kejahatan. Kejahatan adalah hilangnya sesuatu yang seharusnya ada di sana.
Salah satu hal yang membuat mansuia sempurna secara moral adalah kebebasan. Kita memiliki pilihan yang nyata tentang apa yang kita lakukan. Allah menciptakan kita sedemikian, Ia juga mengizinkan adanya kemungkinan munculnya kejahatan. Bebas berarti kita harus memiliki bukan hanya kesempatan untuk memilih yang baik, melainkan juga kemampuan untuk memilih yang jahat. Ketidaksempurnaan muncul melalui penyalahgunaan kesempurnaan moral kita sebagai makhluk yang bebas.
Demikian juga dengan Iblis, malaikat yang dikutuk Allah. Allah membuat Iblis sebagai makhluk yang paling indah di antara semua ciptaan dengan kesempurnaan kehendak bebas. Dengan kehendak bebas yang Tuhan berikan kepadanya, Iblis membrontak terhadap Allah, dan itu menjadi dosa yang pertama dan pola untuk semua dosa berikutnya.
Kehendak bebas adalah kemampuan untuk memutuskan di antara beberapa alternative atau pilihan bebas di antara dua atau lebih keinginan. Kehendak bebas berarti kemampuan untuk membuat keputusan tanpa dipaksa di antara dua atau lebih pilihan. Kehendak bebas bukan terletak pada pilihan yang tidak terbatas, melainkan pada pilihan yang tidak terkekang di antara pilihan apa pun yang tersedia. Selama pilihan itu berasal dari orang itu dan bukan kekuatan dari luar, keputusan itu dibuat dengan kehendak bebas.
Mengapa Allah tidak melakukan sesuatu terhadap kejahatan? Jika Ia bisa dan akan melakukan sesuatu, mengapa kita masih mengalami kejahatan? Mengapa kejahatan tetap ada? Dan bahkan tampaknya kejahatan tidak akan berkurang!
Pertama, kejahatan tidak bisa dihancurkan tanpa menghancurkan kebebasan. Makhluk yang bebas adalah penyebab kejahatan, dan kekebasan diberikan kepada kita supaya kita bisa mengasihi. Sebab itu menghancurkan kejahatan sesungguhnya adalah kejahatan. Jadi, kejahatan bisa dikalahkan, bukan dihancurkan. Kedua, hanya karena kejahatan tidak dihancurkan saat ini tidak berarti bahwa kejahatan tidak akan pernah dihancurkan.
Pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran orang yang menderita adalah “MENGAPA”? Mengapa saya diperlakukan tidak adil? Mengapa gereja saya dibakar, Mengapa umat Tuhan dianiaya? Mengapa? Sayangnya, kita tidak selalu bisa memberikan jawaban yang memuaskan bagi jiwa orang yang terluka dan membuat penderitaan mereka masuk akal. Tetapi bagi orang-orang yang menggunakan ini sebagai dalih untuk menyangkal keberadaan atau kebaikan Allah, kita bisa memberikan jawaban. Argumen mereka adalah seperti ini:
- Tidak ada tujuan yang baik bagi kebanyakan penderitaan
- Allah yang mahabaik pasti punya rencana yang indah untuk segala sesuatu
- Jadi, pasti tidak bisa ada Allah yang mahabaik.
Kita bisa menangani problem ini dengan dua cara. Pertama, kita perlu membuat perbedaan. Ada perbedaan antara pengetahuan kita tentang tujuan kejahatan dan Allah yang memiliki rencana untuk itu. Sekalipun kita tidak mengetahui semua rencana Allah, ia mungkin masih memiliki alasan yang baik dengan mengizinkan terjadinya kejahatan dalam hidup kita. Jadi kita tidak bisa menyimpulkan bahwa tidak ada rencana yang baik untuk sesuatu hanya karena kita tidak tahu apa rencana itu.
Kedua, kita tahu beberapa rencana Allah atas kejahatan. Misalnya, kita tahu bahwa Allah kadang-kadang menggunakan kejahatan untuk memperingatkan kita akan kejahatan yang lebih besar. Penderitaan kecil untuk pertama kali itu diizinkan untuk menghindari bahaya yang lebih besar pada waktu kemudian. Meskipun tampaknya seperti harga yang mahal yang harus dibayar, beberapa kejahatan membantu mendatangkan kebaikan yang lebih besar.
Alkitab memberikan beberapa contoh tentang hal ini dalam diri orang-orang seperti Yusuf, Ayub dan Simson. Mereka masing- masing menjalani penderitaan yang nyata. Bagaimana bangsa Israel bertahan hidup menghadapi bencana kelaparan dan mengungsi supaya bisa berkembang jika Yusuf tidak dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya dan dipenjarakan dengan tidak adil? Apakah Ayub mampu mencapai pertumbuhan rohani yang pesat jika ia tidak terlebih dahulu menderita?
Yusuf memberitahukan saudara-saudaranya “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah mereka-rekakannya untuk kebaikan” (Kej 50:20). Akhirnya, mengizinkan terjadinya kejahatan sesungguhnya membantu mengalahkan kejahatan.
Tentu saja tidak perlu ada kejahatan yang begitu besar untuk menggenapi rencana Allah, Tidak bisakah ada sesu Tidakkah akan lebih baik jika orang yang masuk ke neraka berkurang satu? Karena kedua pertanyaan ini memiliki jawaban yang sama, mari kita membahasnya dengan kasus yang ekstrim.
- Kebaikan terbesar adalah menyelamatkan semua manusia
- Bahkan satu orang yang masuk ke neraka akan mengurangi kebaikan yang terbesar.
- Sebab itu, Allah tidak mungkin mengirimkan manusia ke neraka.
Untuk menjawab keberatan ini, kita kembali pada topik kehendak bebas. Memang benar bahwa Allah menghendaki semua orang untuk diselamatkan, tetapi itu berarti bahwa mereka harus memilih untuk mengasihi Dia dan percaya kepadaNya.
Nah, Allah tidak bisa memaksa seorang pun untuk mengasihi Dia. Kasih yang dipaksakan bertentangan dengan sifatnya. Kasih itu harus bebas. Itu adalah pilihan bebas. Jadi meskipun Allah menghendaki, beberapa orang memilih untuk tidak mengasihi Dia. Semua orang yang masuk neraka mengalami itu karena pilihan bebas mereka sendiri.
Keberatan terakhir yang perlu kita bahas adalah bahwa Allah seharusnya bisa membuat pekerjaan yang lebih baik ketika merancang dunia pada mulanya. Ia seharusnya bisa menciptakan dunia yang tidak mengandung kejahatan. Inilah argumennya:
- Allah mengetahui segala sesuatu
- Jadi Allah tahu kejahatan akan terjadi ketika Ia menciptakan dunia.
- Allah memiliki kemungkinan non-kejahatan lainnya. Allah bisa saja:
- Tidak menciptakan apa-apa
- Menciptakan dunia tanpa makhluk yang bebas.
- Menciptakan makhluk yang bebas tidak akan berbuat dosa.
- Menciptakan makhluk yang bebas yang akan berbuat dosa tetapi semua akan diselamatkan pada akhirnya.
4. Sebab itu, Allah bisa menciptakan dunia yang tidak melibatkan kejahatan maupun neraka.
Tampaknya seperti argument lagu yang merdu, karena Allah memiliki semua opsi itu. Pertanyaannya adalah, “Apakah semua pilihan itu sungguh-sunnguh lebih baik dari pada dunia yang kita miliki? Mari kita memeriksa satu persatu.
Ini menyiratkan bahwa lebih baik tidak apa-apa dari pada kejahatan muncul. Tetapi itu mengabaikan fakta bahwa pada mulanya benda-benda diciptakan dalam keadaan baik dan bagi mereka sekadar ada itu sudah baik. Kebaikan itu tidak akan ada jika Allah tidak mencipta.
Allah seharusnya bisa memenuhi bumi dengan segala binatang atau robot yang hanya melakukan kehendakNya. Tetapi pilihan ini menghadapi problem yang sama seperti yang petama: pilihan non moral. Artinya dunia non moral tidak bisa menjadi dunia yang baik secara moral. Sekali lagi, kita tidak bisa membandingkan apa yang non baik dengan yang jelek atau yang lebih ringan dari pada pemerkosaaan atau pembunuhan? Itu akan membuat dunia mejadi lebih baik. Dan tentu saja, teori penderitaan yang ringan bisa diperluas sampai tidak ada kejahatan sama sekali. Ini bahkan bisa diperluas sampai kasus yang ekstrim: bagaimana dengan neraka?
Secara logis ada kemungkinan untuk memiliki kehendak bebas dan tidak berdosa. Adam melakukan hal itu sebelum ia jatuh dalam dosa. Yesus melakukan hal itu sepanjang hidupNya. (Ibrani 4:15). Alkitab mengatakan bahwa suatu hari nanti akan ada dunia di surga dimana setiap orang memiliki kehendak bebas tetapi tidak ada dosa lagi. (Wahyu 21:8, 27). Bagaimana Allah bisa menjamin bahwa mereka tidak pernah berdosa? Salah satu caranya adalah dengan menghalangi kebebasan mereka.
Di luar ini semua, dunia yang bebas tanpa kejahatan sesungguhnya secara moral lebih buruk daripada dunia saat ini. Dalam dunia ini, orang ditantang untuk melakukan hal yang baik dan mulia dan untuk mengatasi kecenderungan untuk berbuat jahat. Itu tidak akan terjadi dalam dunia tanpa kejahatan.
Allah Seharusnya Bisa Menciptakan Makhluk Yang Bebas Yang Akan Berdosa Tetapi Semua Akan Diselamatkan Pada Akhirnya.
Pilihan ini membuat kesalahan yang sama seperti sebelumnya dengan menyimpulkan bahwa Allah bisa memanipulasi kebebasan manusia untuk memilih kebaikan. Pandangan semacam itu menyiratkan bahwa Allah akan menyelamatkan orang-orang tidak perduli apa yang harus ia kerjakan. Tetapi kita harus mengingat bahwa ia tidak bisa memaksa mereka untuk mengasihi Dia. Kasih yang dipaksakan adalah pemerkosaaan dan Allah bukanlah pemerkosa ilahi. Ia tidak akan melakukan apa pun untuk memaksa keputusan mereka. Allah tidak akan menyelamatkan manusia dengan cara apa pun. Ia menghormati kebebasan mereka dan setuju dengan pilihan mereka.
Apakah ini adalah dunia yang terbaik yang bisa diciptakan Allah? Ini mungkin bukan merupakan yang terbaik dari semua dunia yang mungkin ada, tetapi ini merupakan cara yang terbaik bagi dunia yang terbaik. Jika Allah harus mempertahankan kebebasan dan mengalahkan kejahatan, ini merupakan cara terbaik untuk melakukan hal itu. Kebebasana tetap dipertahankan dalam arti setiap orang membuat pilihan bebasnya sendiri untuk menentukan nasibnya.
Kejahatan diatasi dalam arti, sekali seseorang menolak Allah dipisahkan dari yang lain, keputusan semuanya dijadikan permanen. Orang yang memilih Allah akan diteguhkan di dalamnya, dan dosa akan berhenti. Orang yang menolak Allah akan disingkirkandan tidak bisa merusak dunia yang sempurna yang akan datang.
Tujuan akhir dunia yang sempurna dengan makhluk yang bebas akan tercapai, tetapi cara untuk sampai di sana menuntut agar orang yang menyalahgunakan kebebasan mereka disingkirkan. Allah telah menjamin kita bahwa sebanyak mungkin orang akan diselamatkan yaitu semua orang yang akan percaya (Yakobus 6:37) dan Allah telah menyediakan keselamatan bagi semua orang dalam kristus (1 Yoh. 2:2). Ia menunggu dengan sabar, dan menghendaki semua orang untuk diselamatkan (2 Pet. 3:9) tetapi, seperti Yesus menangisi Yerusalem, berkali-kali aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya dibawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau (Matius 23:37). Seperti dicatat seorang ateis Jean Paul Sartre dalam dramanya No Exit, gerbang neraka dikunci dari dalam oleh kehendak bebas manusia.
By Dr. Norman Geisler
0 komentar:
Post a Comment