Dukungan terhadap pernikahan sesama jenis selalu kuat - bahkan di kalangan kaum injili kulit putih di Amerika Serikat dan ini disebabkan oleh pergeseran generasi, demikian sebuah studi baru dari Pew Research Center.
Jajak pendapat teranyar mereka menunjukkan bahwa 47 persen generasi evangelikal Generasi X dan Millennial (yang lahir setelah 1964) menyukai pernikahan sesama jenis, dibandingkan dengan 26 persen generasi evangelikal Baby Boomer dan yang lahir di tahun-tahun sebelumnya (mereka lahir antara tahun 1928 dan 1964).
"Saya pikir pergeseran tidak bisa dihindari. Ini hanya masalah berapa lama," kata Julie Rodgers, seorang lesbian yang pernah bekerja di evangelical College Wheaton, kepada The Washington Post.
Rodgers menyatakan bahwa pandangannya beralih karena dia melihat cara lain untuk menafsirkan Alkitab.
"Ketika pastor dan pemimpin menyatakan diri (seperti menyatakan soal LGBT), orang-orang akan berpindah. Mereka hanya butuh izin," imbuh Rodgers. "Ini memberi orang perspektif dan izin untuk mengatakan, 'Saya juga merasa seperti itu.'"
Dr. Wesley Hill, dari Trinity School for Ministry - juga alumni Wheaton College - menjelaskan bahwa berbagai cara untuk "menafsirkan Alkitab," berasal dari penerimaan yang begitu mudah, oleh orang-orang Kristen, tentang jangan menyalahkan perceraian dan kesalahpahaman tentang dimensi prokreasi pernikahan.
"Banyak penafsir kontemporer tentang Alkitab berpegang pada pandangan soal pernikahan - bahwa ini hanya mengenai cinta antara dua orang, tanpa memandang jenis kelamin mereka," jelas Dr. Hill.
"Yang saya maksud adalah bahwa banyak orang Kristen telah menolak gagasan bahwa pernikahan adalah sebuah perjanjian seumur hidup antara seorang pria dan perempuan yang menunjukkan kasih Tuhan kepada dunia dan membawa anak-anak ke dunia. Begitu kamu telah membuang pemahaman itu, maka pintu terbuka untuk merangkul pernikahan sesama jenis," ungkap Dr. Hill kepada CBN News.
Dalam sebuah program khusus CBN, Dr. Hill menunjukkan bagian-bagian kunci dalam Alkitab yang terkait dan bciara seputar homoseksualitas: Kejadian 1:27, 19:5, Imamat 18:22, Galatia 5:16, Roma 1:26-27, 29-31, dan 1 Korintus 6:9-10.
"Banyak pembaca Alkitab kontemporer mencoba menemukan cara untuk mengatakan bahwa larangan Alkitab terhadap perilaku seks sesama jenis dibatasi secara budaya dan tidak berlaku secara universal. Dengan kata lain, apa yang dikecam Alkitab bukanlah seks gay dimanapun dan di sembarang tempat terjadi tetapi hanya jika itu eksploitatif atau melibatkan kekerasan atau kacau," tutur Dr. Hill.
Menanggapi survei Pew, Dr. Hill mengatakan bahwa generasi muda kaum injili kulit putih tampaknya lebih mendukung pernikahan sesama jenis karena cara berpikir yang lebih idealistik - ingin memercayai bahwa dunia bisa menjadi tempat yang lebih baik.
“Tidaklah mengherankan jika masyarakat kita ingin menemukan tempat bagi kaum gay ‘agar bisa merasa berada di rumah', dan bagi banyak orang muda, pernikahan terlihat seperti 'rumah' yang ideal untuk kelompok LGBT. Jika kita ingin mengubah tren itu, kita harus menunjukkan, di gereja kita dan di keluarga serta komunitas kita, bahwa ada rumah lain - yang lebih benar, lebih memberi kehidupan - yang ditawarkan oleh Kristus. Satu-satunya cara kaum LGBT bisa menjauh dari tempat berlindung pernikahan sesama jenis adalah jika tempat berlindung yang lebih benar, menarik, dan indah muncul di cakrawala," pungkas Dr. Hill.
Sumber : cbn.com/jawaban.com
0 komentar:
Post a Comment