Kasus penipuan terbesar sepanjang berdirinya Negara Amerika Serikat dilakukan oleh seorang yang bernama Bernard Madoff. Senin 29 Juni 2009, Madoff dihukum tanpa ampun selama 150 tahun penjara oleh Pengadilan Manhattan, New York. Putusan hakim pengadilan Manhattan, New York, ini disambut aplaus para hadirin sidang. Pasalnya penipu sekelas Madoff sangat pantas dihukum seberat itu. Jaksa penuntut menyatakan, “Pesan di sini adalah Tuan Madoff telah melakukan kejahatan yang luar biasa jahat dan manipulasi semacam ini tidak hanya sekadar kejahatan berdarah-darah yang dilakukan melalui kertas, tapi juga adalah kejahatan yang mengejutkan”, dilansir Associated Press. Modus penipuan Madoff telah menyebabkan setidaknya kerugian US$ 13 miliar atau kira-kira Rp 130 triliun (bandingkan dengan APBN Indonesia yang Rp 1.000 triliun). Kerugian ini belum memasukkan uang dari dana ikutan. “Dia mencuri dari orang kaya. Dia mencuri dari orang miskin.
Dia mencuri dari orang kelas menengah,” kata Tom Fitzmaurice, salah satu korban lainnya. “Dia menipu korbannya sehingga uang hasil penipuannya bisa membuat dia dan istrinya hidup mewah di luar yang bisa dibayangkan. Tidak ada yang menduga ternyata bisnis infestasi yang dikelolanya ternyata suatu penipuan pesar dengan cara halus. Yang mengejutkan adalah para klien atau korban penipuannya sebagian adalah orang-orang terkenal dari politikus hingga artis Holliwood “(dunia.vivanews.com).
Kasus Madoff adalah salah satu peristiwa kelam dalam sejarah umat manusia. Namun modus dan akibat yang yang timbulkannya belum seberapa jika dibandingkan dengan dusta atau penipuan yang sedang dilakukan oleh iblis – bigbosnya. Iblis secara persuasif, halus, lembut, dan mempesona menjalankan penipuan terhadap orang-orang percaya (Kej. 3:1). Jika Madoff berhasil merampok harta benda orang, iblis lebih lagi, harta benda sekaligus nyawa orang adalah target sesungguhnya (Yoh. 10:10). Ia tidak akan berhenti sebelum tujuannya tercapai (Luk. 4:13). Iblis sangat ahli dalam soal menipu. Madoff hanyalah penipu kelas teri hasil binaannya. Aktor sebenarnya adalah Iblis (Yoh. 8:44). Ia adalah pendusta terbaik yang pernah ada.
Dengar baik, jika Anda adalah anak-anak Tuhan, sudah pasti Anda adalah targetnya. Mungkin saja tanpa Anda sadari sekarang Anda sedang bekerja sama denganya. I Petrus 5:8 memperingatkan kita agar siuman dan siaga satu terhadap seranganya yang mendadak dan mematikan.
Lalu bagaimana kita mengenali modus penipuannya? Dan bagaimana kita terhindar dari penipuannya? Dr. Tony Evans dalam bukunya yang berjudul, God Can Not Be Trusted memberitahukan kepada kita enam kebohongan iblis yang selalu digunakannya.
Ini adalah trik iblis yang paling indah dari yang pernah ada. Keberadaannya hanyalah dongeng atau legenda Yunani. Iblis akan melakukan segalanya untuk meyakinkan kita bahwa ia tidak nyata, atau ia mengakui keberadaannya tapi keberadaannya sebenarnya tidak mendatangkan masalah bagi kita, sebab ia tidak sanggup melakukan apa pun terhadap kita. Mengapa Iblis melakukannya? Karena ia tahu jika kita menganggapnya tidak berbahaya atau merupakan ancaman, akan lebih mudah baginya untuk menyerang kita.
Dr. Ravi Zacharias mengatakan, “Salah satu khotbah yang paling berbahaya saat ini yang selalu terdengar di mimbar-mimbar gereja adalah Iblis telah dikalahkan dan ia tidak dapat berbuat apa-apa mengganggu orang-orang percaya.” Khotbah yang menyesatkan ini tidak bertanggungjawab dan menipu. Benar, Allah telah mengalahkan Iblis di kayu salib. Dosa tidak berkuasa lagi atas manusia. Jalan keselamatan telah tersedia. Tetapi, Tuhan tidak pernah melenyapkan keberadaannya atau melucuti kekuatannya. Iblis masih sama kuatnya seperti dulu. Ia masih suka menyamar dan memalsukan sesuatu (baca Kej. 3). Ia bukan singa ompong yang memata-matai kita. Iblis bahkan lebih licik dari yang kita kira, sebab ia tidak mati dan selalu menyempurnakan taktiknya.
Maka dari itu, kita jangan terburu-buru menyalahkan orang lain sebagai penyebab masalah dalam hidup. Kelihatannya memang masalah kita datang dari pasangan kita, anak-anak, atasan atau rekan kerja kita, atau dari kepribadian, kelemahan atau latar belakang kita. Tetapi sangat mungkin masalah Anda ada kaitannya dengan peperangan rohani yang sedang berlangsung di sekitar Anda. Artinya, Iblislah biang keroknya. Mengapa Iblis? Alkitab telah mengatakan kepada kita masalahnya. Efesus 6:12, “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, pelawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”
Pernakah Anda mempunyai perasaan yang mengganggu ini bahwa hidup dalam ketaatan akan membuat Anda kehilangan sesuatu? Sebenarnya tidak demikian. Yesus telah memberikan kepada kita janji yang luar biasa selama hidupNya di dunia. Salah satu janji yang terindah adalah, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh. 10:10). Janji ini tidak hanya berlalu di sorga nanti, tapi juga berlaku di dunia sekarang ini. Allah mempersiapkan kita untuk suatu tugas yang besar. Melayani Tuhan bukanlah kehilangan berbagai hal, tetapi mendapatkan berbagai hal yang mulia, yakni seatu kehidupan yang diubahkan, kehidupan yang berkelimpahan, suatu hubungan yang akrab dengan Tuhan. Ia menghendaki kita untuk mempunyai hidup yang menggairahkan, penuh sukacita, dan berkemenangan, hidup yang mencerminkan Yesus sendiri. Inilah hidup yang dimaksudkan Yesus untuk kita di bumi ini.
Ketika iblis mencobai Hawa, hal pertama yang keluar dari mulit dustanya adalah, “Tentulah Tuhan berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Perhatikan! Iblis mengutip firman Tuhan untuk menjalankan tipu muslihat favoritnya. Ia suka mengutip Alkitab, membengkokkannya, melemparkannya kepada kita dalam bentuk kebenaran yang menyimpang atau dusta yang sepenuhnya (Kej. 3). Iblis juga melakukan hal yang sama kepada Yesus ketika mencobaiNya (Mat. 4:1-11). Setan ingin tanpak kepada Hawa sebagai penolong yang benar-benar peduli kepada Hawa dan memikirkan kepentingannya. Sampai saat ia menyimpangkan firman Tuhan untuk mencapai tujuannya.
Jika kita kembali melihat apa yang Tuhan katakan kepada Adam, Anda akan melihat bahwa iblis memutarbalikan perkataan Tuhan yang sebenarnya (Kej. 3:1). Tuhan tidak pernah berkata kepada Adam bahwa ia dan Hawa tidak boleh makan semua pohon dalam taman Eden. Yang Tuhan katakan kepada mereka adalah, “Semua pohon dalam taman ini boleh kamu makan buahnya dengan bebas” (kej. 2:16). Persis di sana iblis melemparkan suatu dusta kepada Hawa. Tuhan memberikan kebebasan penuh kepada Adam dan Hawa dengan satu batasan (ayat 16-17). Tetapi iblis tidak mau hawa memusatkan perhatian pada kebebasan yang Tuhan berikan; ia mau Hawa memusatkan perhatian pada satu batasan tersebut. Iblis ingin Hawa tidak melihat kebaikan dan pemenuhan kebutuhan dari Tuhan, namun sebaliknya menyebabkan mempersoalkan peraturan Tuhan sebagai bukti bahwa Ia tidak sebaik yang Hawa dan Adam kira.
Singkatnya, iblis ingin berkata kepada hawa dan kita bahwa “Tuhan sedang menahan berkat-berkat-Nya darimu. Tuhan memang menciptakanmu, menempatkanmu di taman yang indah ini, dan kemudian Ia akan mulai memberikan larangan-larangan padamu.” Dengar, Tuhan tidak sedang menahan berkat-berkat-Nya dari anak-anakNya sama sekali. Tuhan sedang menawarkan yang terbaik dari semua kepunyaanNya dan terus menawarkan yang terbaik dari semua kepunyaan-Nya sampai hari ini.
Kali ini Iblis melangkah lebi jauh, iblis mengatakan sesuatu yang berlawanan dengan apa yang dikatakan Tuhan. Ia sedang mengatakan bahwa firman Tuhan tidak dapat dipercaya. Pada dasarnya, ia sedang menyebut Tuhan pendusta. Iblis memenag licik, pintar dan berani. Ia sangat memahami diri kita karena ia setiap hari mempelajari kita. Ia tahu siapa Tuhan dan vonis Tuhan terhadap dirinya. Tetapi iblis masih dengan berani mengatakan bahwa Tuhan yang melakukan semua itu adalah pendusta! Hawa diperhadapkan pada sebuah pertanyaan serius: Siapakah yang akan ia percayai? Firman Tuhan atau perkataan iblis? Hanya satu pilihan. Tidak ada tempat untuk kompromi di sini.
Pertanyaan dan pilihan itu juga dihadapkan kepada kita setiap hari. Apakah kita akan percaya dan menaati firman Tuhan, ataukah kita bergabung dengan iblis dan mengatakan bahwa Tuhan tidak dapat dipercaya. Apakah anda percaya Alkitab sebagai firman Allah? Jawabannya mungkin, yah! Tapi, pernahkah anda meragukan firmanNya? Saya yakin hampir semua orang percaya pernah meragukanNya. Ketika pengakuan iman anda tidak sejalan dengan firmanNya, sesungguhnya anda berada dalam posisi yang diinginkan iblis. Iblis mungkin tidak keberatan dengan pengakuan anda, tapi dia sangat menentang ketaatan anda pada firmanNya, sebab ketaatan menunjukan bahwa anda mempercayai firman Allah. Gereja dewasa ini dipenuhi oleh orang-orang yang mengaku sebagai orang percaya yang memperlakukan firman Tuhan seperti orang-orang yang tidak bertuhan.
Alkitab dipenuhi janiji-janji yang telah digenapi tentang bisa dipercayanya firman Tuhan. Janji Tuhan itu murni dan sangat teruji, bagaikan perak teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur api peleburan di tanah (Maz. 12:7; 119:140). Tuhan tidak pernah dan tidak mungkin berdusta (Ibr. 6:18). Apa yang dikatakan-Nya adalah kebenaran mutlak, tidak lebih dan tidak kurang. Singkat kata, jika Alkitab menuliskan suatu janji, kita harus mempercayainya dan bertindak berdasarkan iman tersebut.
Alkitab berisikan larangan-larangan dan peringatan-peringatan atau yang lebih kita kenal dengan hukum Tuhan. Memang iman Kristen dibangun di atas suatu hubungan, tetapi Tuhan meberikan aturan dan telah meletakan tanda “Dilarang masuk tanpa izin.” Dia memperingatkan kita tentang adanya konsekuensi-konsekuansi atas pelanggaran hukum tersebut. Ttapi iblis ingin kita percaya bahwa kita dapat melakukan dosa tanpa harus menanggung konsekuensi-konsekuensinya. Seperti banyak dusta lainnya, dusta ini dimulai di Taman Eden.
Pada percakapan antara Hawa dengan iblis, Hawa mengatakan kepada iblis bahwa ia dan Adam telah dilarang untuk makan buah pohon yang ada di tengah-tengah taman. Kemudian Hawa mengatakan kepada Setan bahwa Tuhan bahwa Tuhan telah berkata, “Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nati kamu mati” (Kej. 3:3). Hawa tidak mengatakan perintah Tuhan tersebut dengan benar. Kenyataan dia salah mengutip firman telah membuka kesempatan kepada iblis , dan iblis berkata kepadanya, “Sekali-kali kamu tidak akan mati” (Kej. 3:4). Perhatikan apa kata iblis, “Dosa tidak memberikan akibat-akibat buruk.”
Tetapi Tuhan ingin kita mengetahui dua hal: Tuhan memandang dosa sebagai hal yang serius dan Tuhan tidak bisa mengizinkan dosa tidak menerima hukuman. Allah itu kudus, dan dosa adalah segala apapun yang berlawanan dengan kekudusan Allah. Melanggar hukum Tuhan selalu memberikan akibat-akibat buruk. Paulus memperingatkan kita agar “Tidak sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Gal. 6:7). Kebenaran mendasar bahwa dosa selalu datang dengan konsekuensi-konsekuensi telah ditunjukan di Taman Eden, di mana Adam dan Hawa harus menanggung akibat dari apa yang mereka telah lakukan.
Tidak diragukan, Allah kita adalah Tuhan yang penuh kasih dan maha pengampun, tapi Dia adalah Allah yang Mahasuci dan adil. Selakipun kita mengakui kesalahan kita, Allah tetap tidak membebaskan kita dari konsekuensinya (Ibr. 12:5-10). Kita harus menanggung akibat dari dosa yang kita buat. Contoh Daud, ia pernah melakukan kesalahan besar dan kemudian mengakuinya, namun Allah tetap menjatuhkan hukuman atas perbuatannya (1 Sam. 13:14). Kebenarannya adalah. “Dosa selalu memberikan akibat-akibat buruk, terlepas dari apapun yang iblis katakan pada kita.” Tapi juga Ia setia dan adil, mengampuni dan menyucikan kita dari segala dosa kita (1 Yoh. 1:9).
Lagi-lagi iblis melancarkan kebohongannya. Si raja dusta ini tidak pernah kehilangan akal. Selama targetnya belum terkapar, ia tidak akan berhenti. Iblis punya seribu satu jurus untuk menjatuhkan lawannya. Kali ini iblis mengeluarkan senjata pamungkasnya dan tipuan ini seringkali membuahkan hasil. Iblis tahu betul hasrat terdalam dari seorang manusia. Bagian dari hati Hawa itulah yang digoda oleh iblis saat ia mengatakan dustanya: “Kamu akan menjadi seperti Allah.” Lihat apa yang dikatakan iblis, “tetapi Allah mengetahui bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat (Kej.3:5).
Seperti biasa, tipuan iblis mengandung sedikit kebenaran. Pada saat Adam dan Hawa memakan dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, seketika itu juga mereka tahu tentang dosa dan kejahatan. Tetapi dusta besarnya di sini adalah bahwa Hawa akan menjadi seperti Allah jika ia makan buah pohon itu. Tanpa pikir panjang Hawa langsung menerima tawaran yang menggiurkan itu “Menjadi seperti Allah.”
Bukankah itu merupakan sifat dasar manusia? Dosa pada dasarnya merupakan satu bentuk kesombongan. Hakikat dari dosa adalah egois, mementingkan diri sendiri, mengidamkan kemuliaan yang tak semestinya. Pada intinya, dosa menolak untuk mengakui ketergantungan total kita kepada Allah. Seperti yang dikatakan C. S. Lewis, “kesombongan merupakan dosa yang mendasari semua dosa lainya.” Dan yang paling membingungkan dari satu karekter dosa ialah, dosa biasanya berkedok. Dosa selalu dilakukan untuk “suatu alasan yang baik.” Manusia suka berasionalisasi ketika melakukan dosa, sehingga ia sendiri seringkali gagal mengenali dosa itu sendiri. Dan parahnya lagi, manusia sering cenderung menutup-nutupi dosanya (Kej.3:12).
Tuhan dan manusia memiliki perbedaan yang sangat jelas. Tuhan adalah pencipta, dan manusia adalah ciptaan-Nya. Di dalam dunia ini hanya ada satu Tuhan, dan tidak ada yang lain (kel.20:4; Yes.43:10; 44:6; 45:5). Manusia adalah makhluk terbatas, dalam masa hidup, dalam pengetahuan, dan dalam hikmat kita. Ada pun Tuhan tidak terbatas dalam segala hal. Perbedaan ini semestinya disadari oleh setiap anak-anak-Nya. Tuhan tidak pernah menginginkan perbedaan antara Diri-Nya sendiri dengan umat-Nya menjadi kabur.
Dewasa ini Iblis terus menggunakan tipuannya itu dengan cara yang lebih menipu. Iblis telah menularkan filosofinya ke dalam berbagai bentuk kepercayaan, disiplin ilmu, bahkan ke dalam kekristenan sendiri. Anda mungkin pernah mendengar kalimat ini: “Anda punya kemampuan tak terbatas”, “Anda punya potensi”, “Pusatkan pikiranmu pada energi positif untuk menhasilkan kehidupan yang lebih baik”, My the Force be with us”, “Optimis”, Positif tingking”. Kedengarannya bagus sekali. Namun semua itu adalah pekerjaan iblis agar manusia menentukan ke mana arah hidupnya sendiri, terlepas dar ketergantungannya terhadap Tuhan. Pesannya tetap sama, “Kita adalah tuhan atas diri kita sendiri.”
Kita diciptakan untuk tujuan Allah dan, dirancang untuk kemuliaan-Nya (Kol.1:16). Seharusnya kita tunduk kepada Tuhan dan berada di bawah kendali-Nya. Hanya Tuhan mengasihi kita sehingga Ia mengizinkan kita untuk membuat pilihan tersebut. Dia tidak memaksa kita untik menaati-Nya. Tuhan ingin ketaatan dan kasih kita kepadaNya datang dari hati yang bersediah dan rendah hati. Jika kita melakukan itu, Tuhan akan datang pada kita dan tinggal dalam diri kita, memberi arah pada kita, dan mengajarkan kebenarannya yang terutama.
Bisa jadi ini adalah kalimat terpopuler di abad-21 ini. Hampir setiap orang mengucapkannya. Kalau Anda rasa itu baik, mengapa tidak? Ikuti kata hatimu. Kamu rasa itu benar, lakukanlah. Ini adalah kebohongan iblis yang sulit diidentifikasi. Benar-benar menipu. Iblis tahu bahwa ia tidak bisa memaksa kita melakukan apapun. Iblis tahu bahwa Tuhan menciptakan kita dengan suatu kehendak bebas. Kebebasan itulah yang sedang dimanfaatkannya. Iblis menyarankan banyak hal kepada kita, ia melemparkan umpan, ia merayu kita agar kita membuat keputusan-kepurusan yang salah.
Iblis pintar dengan taktik ini. Hawa adalah korban pertama dari rayuannya. Tak diragukan lagi Hawa melihat pohon dan buah itu. Dengan kebohongan iblis yang baru dalam pikiran hawa, pohon itu sekarang kelihatannya agak berbeda. Perhatikan apa kata Alkitab, “Perempuan itu melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena member pengertian” (Kej.3:6). Bagi Hawa, semua rasanya benar, rasanya baik, lalu ia memakannya.
Iblis mendatangi hawa dengan menggunakan salah satu pemberian Tuhan kepada manusia: Perasaan-perasaan. Tuhan menciptakan manusia dilengkapi perasaan-perasaan, seperti Tuhan juga memilikinya. Ada perbedaan antara pikiran dan perasaan. Perasaan bisa berubah-ubah, tapi pikiran cenderung bertahan pada apa yang kita ketahui. Perasaan dapat bereaksi terhadap sesuatu yang kita ketahui benar dan tidak benar.
Artinya, perasaan bisa sangat menipu. Kunci untuk menjaga perasaan agar tetap stabil adalah meletakkan apa yang kita ketahui mendahului apa yang kita rasakan. Kita harus memastikan bahwa perasaan-perasaan kita dituntun dan dikendalikan oleh apa yang kita ketahui, yaitu dalam hal ini adalah kebenaran-kebenaran doctrinal. Mood bisa berubah, tapi kebenaran tidak. Iman Kristen melibatkan perasaan di dalamnya, namun tidak mendasarkannya pada perasaan.
Pengetahuan yang benar tentang Allah dan kebenaran-Nya melahirkan perasaan-perasaan yang bertanggung jawab. Oleh sebab itu, kita wajib menguji semua perasaan kita, apakah itu sejalan dengan Alkitab atau tidak. Bila terbukti tidak selaras dengan Alkitab, kita harus tegas menolaknya. Dan akhirnya, “Tunduklah kepada Allah, dan lawanlah iblis, maka ia akan lari dari padamu! (Yak. 4:7).
Sejak masa penciptaan, setan selalu memiliki satu tujuan akhir, yaitu kehancuran jiwa kita. Jika ia tidak berhasil menghancurkan jiwa kita, ia akan puas dengan memastikan bahwa kita lemah, tidak efektef dan tidak bermanfaat bagi keraajan Allah. Setiap kebohongan iblis dirancang untuk melakukan satu hal: menipu kita dengan memutarbalikan kebenaran Tuhan.
Saudaraku! Sadarlah dan berjaga-jagalah! (1 Pet.5:8). Jangan beri kesempatan sekecil apapun kepada iblis (Ef.4:27). Ambillah seluruh perlengkapan senjata Anda (Ef.6:11-18), dan akhirnya, dengan kuasa Roh Kudus lawanlah iblis dan kalahkan dia (Yak.4:7; 1 Pet.5:9).
By Ps. Alki F. Tombuku
0 komentar:
Post a Comment