Ulangan 4 : 11
Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini..
Kita berbicara soal mengucap syukur untuk apa yang kita miliki, yang memang seharusnya kita lakukan! Tapi tampaknya semakin kita memiliki banyak hal, kita malah memusatkan ucapan syukur itu bagi diri kita sendiri.
Ribuan tahun lalu, Musa memperingatkan bangsa Israel. Katanya, “Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan Tuhan, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini…jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan…” (Ulangan 8: 11, 14).
Musa juga menulis dua ayat selanjutnya tentang cara Allah memimpin bangsa Israel melewati ‘padang pasir yang begitu luas dan mengerikan, dimasa-masa kehausan dan kekeringan yang melanda, diuji dengan ular berbisa dan kalajengking’. Saat itu mereka diberi makan manna, sama seperti yang disediakan-Nya bagi kita saat ini.
Saat itulah Musa meramalkan bahwa nanti, ketika mereka telah tiba di tanah Perjanjian, mereka pasti akan mendapat banyak makanan, rumah mewah dan kekayaan. Kemudian dia mengingatkan kembali bangsa yang dipimpinnya itu agar tidak bermegah dengan kemampuan mereka sendiri (baca Ulangan 8: 17-18). Allah sepertinya begitu getol dengan nasihat ini. Karena setelah beberapa abad setelah zaman Musa, Allah menyampaikan peringatan serupa melalui nabi Hosea (baca Hosea 13: 6).
Mengucap syukur adalah soal pilihan sikap. Semakin kita memiliki, sepertinya semakin sulit pula kita mengucap syukur, dan semakin besar kemungkinan kita melupakan Tuhan. Karena semua yang kita punya itu mencuri perhatian kita. Kita menjadi materialistis; pengejar uang. Kita mulai menilai bahwa sikap kita soal hal itu wajar saja, lalu kita terus menikmatinya.
Mengucap syukur berbicara soal pilihan sikap. Ketika kita bersyukur, kita bisa merasa senang karena kita fokus hanya pada apa yang kita miliki, bukan yang belum kita miliki. Kita merasa damai dan puas karena kita menyadari bahwa kita memiliki sesuatu yang lebih dari yang kita kira. Kita merasa bebas setelah menyadari bahwa kita tidak benar-benar membutuhkan semua yang kita sukai, dan yang pada akhirnya menolong kita terbebas dari hutang. Kita boleh bersyukur untuk semua itu!
Jadi, jika Anda saat ini ditanya ‘Sikap manakah yang Anda pilih untuk mengungkapkan ucapan syukur Anda?’ Saya harap pilihan Anda tepat! – Peter Lundell
Ucapan syukur adalah seperti terang di tengah dunia yang gelap, untuk itu jadilah terang
0 komentar:
Post a Comment